Sunday 26 May 2013

SEJARAH AZAN

Menurut pendapat paling kuat, awal mula disyariatkannya azan terjadi di Madinah. Tepatnya, pada tahun pertama Hijriah. Sebelum azan disyariatkan, untuk mengerjakan shalat biasanya para sahabat saling mengingatkan dan memanggil satu sama lain dengan kata-kata biasa.

Hal ini sejalan dengan penuturan Ibnu Umar dalam sebuah riwayat sahih Bukhari-Muslim. Suatu hari mereka membicarakan persoalan panggilan untuk shalat itu. Sebagian berpendapat, panggilan shalat dilakukan dengan membunyikan lonceng sebagaimana orang Nasrani. Sebagian lain berpendapat, panggilan shalat menggunakan terompet sebagaimana orang Yahudi.

Lalu, Umar berkata, “Tidakkah kalian mengutus seseorang untuk memanggil orang-orang untuk mendirikan shalat?”

Rasulullah saw. pun bersabda, “Wahai Bilal, bangun dan panggil orang-orang untuk mendirikan shalat.”

 

Berkaitan dengan hadis di atas, Imam Nawawi mengatakan bahwa panggilan Bilal ini bukan azan, melainkan panggilan biasa. Hal ini terjadi sebelum azan disyariatkan. Hingga datang seorang Anshar bernama Abdullah ibn Zaid. Ia bermimpi tentang seseorang yang mengajarinya azan. Setelah diceritakan kepada Rasulullah saw., beliau membenarkan mimpi itu. Sejak itu azan pun dikumandangkan. Muazin pertama dalam sejarah adalah Bilal ibn Rabah.

Dalam riwayat Abu Umair ibn Anas, Rasulullah saw. pernah bermusyawarah dengan para sahabat guna mencari cara yang tepat untuk mengumpulkan orang–orang dalam mendirikan shalat wajib. Sebagian sahabat mengajukan ide agar ditancapkan bendera begitu waktu shalat tiba, dan mereka yang melihat bendera tersebut memberitahukan kepada yang lain. Namun, Rasulullah saw. tak tertarik dengan pendapat itu.

Sebagian sahabat lainnya mengusulkan untuk menyalakan api unggun dari tempat tinggi. Tapi, Rasulullah saw. juga tak tertarik dengan usulan ini karena menyerupai orang-orang Majusi, sebagian sahabat lainnya mengusulkan agar ditiup terompet, namun Rasulullah saw. juga tidak menyetujuinya karena menyerupai orang-orang Yahudi, sebagian lainnya mengusulkan memukul lonceng, namun Rasulullah saw. tetap tidak menyetujuinya karena menyerupai orang-orang Nasrani.

Akhirnya Abdullah ibn Zaid bermimpi tentang seorang lelaki yang mengajarinya azan dan iqamat. Seseorang itu merupakan malaikat yang menyaru menjadi laki-laki. Kemudian mimpi itu disampaikan kepada Rasulullah saw., dan Rasul pun menyetujuinya dan langsung meminta Abdullah ibn Zaid mengajarkan kata-kata azannya kepada Bilal, dan Bilal langsung mengumandangkan azan pertama dalam sejarah Islam.

Dalam riwayat tersebut juga dikatakan, sebenarnya Umar ibn Khathab juga pernah bermimpi seperti Abdullah ibn Zaid. Namun, Umar menyembunyikannya selama dua puluh haru dari Rasulullah saw.

Setelah dua puluh hari, Umar baru mengabarkannya kepada Rasulullah saw.. Ketika ditanya, mengapa Umar tak langsung mengabarkannya, Umar menjawab, “Karena telah didahului Abdullah ibn Zaid. Aku malu mengabarkannya karena disampaikan lebih dulu oleh Abdullah ibn Zaid.”

Hadis di atas adalah:

Dari Abdullah ibn Zaid ibn Abd Rabbih berkata, “Ketika Rasulullah saw. memerintahkan memukul lonceng untuk mengumpulkan orang-orang mendirikan shalat, aku bermimpi dikelilingi seorang laki-laki yang sedang membawa lonceng. “Wahai hamba Allah, lonceng kamu itu mau dijual?” tanyaku.

“Memangnya lonceng ini mau dipakai buat apa?” lelaki itu balik bertanya.

“Aku akan pakai sebagai alat untuk mengumpulkan orang-orang mendirikan shalat.”

“Maukah aku tunjukkan sesuatu yang jauh lebih baik ketimbang lonceng?” tanya lelaki itu.

“Tentu, mau sekali,” jawab aku

“Kamu ucapkan,

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar

Asyhadu alla ilaha illallah, Asyhadu alla ilaha illallah

Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah

Hayya alas sholah, Hayya alas sholah

Hayya alal falah, Hayya alal falah

Allahu akbar, Allahu akbar

La ilaha illallah

 

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar

Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah

Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah

Mari kita mengerjakan shalat, Mari kita mengerjakan shalat

Mari kita menuju keberuntungan, Mari kita menuju keberuntungan

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar

Tidak ada tuhan selain Allah

Kemudian, laki-laki itu meminta agar aku agak mundur sedikit, tak lama kemudian, ia kembali berkata, “Setelah itu, bila kamu hendak berdiri melaksanakan shalat, bacalah iqamat ini:

Allahu akbar, Allahu akbar

Asyhadu alla ilaha illallah

Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah

Hayya alas sholah

Hayya alal falah

Qod qômatis sholah, qod qômatis sholah

Allahu akbar, Allahu akbar

La ilaha illallah

 

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar

Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah

Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah

Mari kita mengerjakan shalat

Mari kita menuju keberuntungan

Shalat telah siap didirikan, shalat telah siap didirikan

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar

Tidak ada tuhan selain Allah

 

Begitu pagi tiba, aku langsung menemui Rasulullah saw. dan memberitahunya tentang mimpi aku itu. Rasulullah saw. bersabda, “Insya Allah mimpi itu benar. Segera pergi ke Bilal. Sampaikan kepadanya kata-kata yang kamu dapatkan dari mimpimu itu agar dia mengumandangkan azan dengan kata-kata itu. Suara Bilal lebih merdu daripada suaramu.”

Aku mencari Bilal, dan aku sampaikan kepadanya kata-kata azan yang aku dapatkan dari mimpi itu. Dengan kata-kata itu, Bilal mengumandangkan azan.

Umar ibn Khathab mendengar suara dan bacaan azan tersebut. Ia segera keluar rumah sambil menyelendangkan kainnya, lalu berkata, “Demi kekuasaan yang telah mengutusmu dengan benar wahai Rasulullah saw., aku bermimpi persis seperti mimpi Abdullah ibn Zaid.”

Kemudian, Rasulullah saw. bersabda, “Maka, hanya milik Allah segala puji itu (HR. Abu Daud).”

No comments:

Post a Comment